AC Milan berada dalam situasi yang sulit di awal musim 2024-2025, dengan nasib pelatih Paulo Fonseca yang tampaknya berada di ujung tanduk, mengingat performa tim yang tidak sesuai harapan. 

 

Situasi ini mengingatkan banyak orang pada sindrom Marco Giampaolo, di mana pelatih asal Italia tersebut harus mengakhiri masa jabatannya di AC Milan dalam waktu yang sangat singkat karena hasil yang buruk. 

 

Fonseca, yang baru saja mengambil alih kepemimpinan tim, bisa saja mengalami nasib yang serupa jika tidak segera menemukan cara untuk membalikkan keadaan.

 

Musim baru ini baru saja dimulai, namun AC Milan sudah menghadapi tantangan besar di bawah asuhan Paulo Fonseca. 

 

Hasil-hasil yang diraih di pramusim tidak mampu direplikasi ketika mereka memasuki kompetisi resmi. 

 

Selama pramusim, AC Milan menunjukkan performa yang sangat impresif, dengan kemenangan-kemenangan melawan tim-tim top seperti Manchester City, Real Madrid, dan Barcelona. 

 

Kemenangan tersebut memberikan harapan besar bagi para penggemar bahwa musim ini akan menjadi musim yang sukses bagi I Rossoneri. 

 

Namun, kenyataannya justru berbeda jauh ketika mereka memulai Liga Italia musim ini.

 

Dalam dua pertandingan awal Liga Italia 2024-2025, AC Milan hanya mampu meraih satu poin. 

 

Pada pertandingan pertama, mereka hanya bermain imbang 2-2 melawan Torino, sebuah hasil yang mengecewakan mengingat kualitas tim yang mereka miliki. 

 

Kemudian, pada pertandingan kedua, AC Milan secara mengejutkan dikalahkan oleh tim promosi, Parma, dengan skor 1-2. 

 

Kekalahan ini tidak hanya menambah tekanan pada Fonseca, tetapi juga mengundang kritik tajam terhadap taktik dan pendekatan yang ia terapkan.

 

Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh AC Milan di bawah kepemimpinan Fonseca adalah kerapuhan di lini pertahanan. 

 

Dalam dua pertandingan tersebut, AC Milan selalu kebobolan terlebih dahulu, baik saat melawan Torino maupun Parma. 

 

Hal ini sangat kontras dengan performa mereka selama pramusim, di mana mereka mampu menjaga soliditas di lini belakang dan menampilkan permainan yang mendominasi. 

 

Kegagalan untuk mempertahankan performa tersebut di kompetisi resmi telah menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan Fonseca untuk membawa AC Milan meraih sukses.

 

Lebih dari sekadar masalah di lini pertahanan, ada juga kekhawatiran bahwa para pemain AC Milan kesulitan untuk menerapkan skema taktik yang diinginkan oleh Fonseca. 

 

Ketidakmampuan ini terlihat jelas dalam dua pertandingan awal musim, di mana tim tampak bingung dan tidak mampu menemukan ritme permainan yang konsisten. 

 

Kondisi ini memicu spekulasi tentang masa depan Fonseca sebagai pelatih AC Milan, terutama jika tim terus mengalami hasil buruk di pertandingan-pertandingan berikutnya.

 

Sejarah menunjukkan bahwa AC Milan tidak ragu untuk mengambil tindakan tegas terhadap pelatih yang tidak mampu memenuhi ekspektasi klub. 

 

Salah satu contoh paling terkenal adalah pemecatan Marco Giampaolo pada musim 2019-2020. 

 

Giampaolo, yang diangkat sebagai pelatih pada 19 Juni 2019, hanya diberi kesempatan untuk memimpin tim dalam tujuh pertandingan sebelum akhirnya diberhentikan pada 8 Oktober 2019. 

 

Selama periode tersebut, Giampaolo hanya mampu meraih tiga kemenangan, sementara empat pertandingan lainnya berakhir dengan kekalahan. 

 

Hasil buruk ini membuat  terpuruk di posisi ke-13 klasemen sementara, yang pada akhirnya memaksa manajemen klub untuk memecatnya.

 

Dengan latar belakang tersebut, bukan hal yang mustahil jika nasib yang sama bisa menimpa Paulo Fonseca jika ia tidak segera memperbaiki performa timnya. 

 

Kekhawatiran ini semakin diperkuat oleh laporan dari Milan News, yang menyebutkan bahwa masa depan Fonseca sebagai pelatih sedang berada dalam tanda tanya besar MPO08

 

Jika hasil-hasil buruk terus berlanjut,  kemungkinan besar akan mencari pengganti untuk posisi pelatih, dan salah satu nama yang disebut-sebut sebagai kandidat kuat adalah mantan pelatih mereka, Massimiliano Allegri.